Senin, 24 Oktober 2016

SAKURA, MEI HUA, dan PERSIK  (樱花,梅花,  桃花)
Kalau suatu pohon penuh dengan bunga dan tanpa daun sama sekali, memang sangat indah sekali, layaknya dalam dunia khayal atau dongeng.
Didaerah yang mempunyai 4 musim, diakhir musim salju pohon-pohon biasanya kering tinggal carang-carangnya saja. Ada beberapa jenis pohon menjelang musim semi, tidak mengeluarkan tunas daun tapi bunga terlebih dahulu, hingga seluruh pohon menjadi penuh dengan bunga. Setidaknya ada 3 jenis pohon yang mempunyai sifat ini ialah: SAKURA, MEI HUA dan PERSIK umumnya bunganya berwarna pink tapi ada juga yang putih, kuning, ungu bahkan merah tua. Kelopak  mahkotanya umumnya 5 lembar tunggal, tapi ada juga yang rangkap, atau besusun. Agak susah membedakannya tapi dari buahnya sangat berbeda, satu dengan yang lain. Sakura atau Cherry nama buahnya, bundar kecil berwarna merah, Mei Hua atau Plum buahnya lebih besar dan Persik( Tao Hua), Peach nama buahnya paling besar.
SAKURA Orang Jepang sangat mengagumi bunga Sakura ini, sebelum bunganya mekar mereka sudah siap-siap bersama keluarga dan teman-teman bekemah di kebun itu. Bersuka-ria bersama sambil menikmati mekarnya bunga itu. Mekarnya bunga itu tidak sekaligus, tapi berangsur-angsur dimulai dari selatan yang hawanya lebih dahulu hangat, baru ke utara. dimulai dari Fukaoka, Hiroshima, Kyoto, Tokyo, dan Osaka. Mengagumi bunga sakura ini memang khas Jepang, karena dimulai dari kaisar Meiji, yang senang bereksperimen menyilangkan beberapa jenis bunga sakura, hingga didapat bunganya yang indah, tapi buahnya tidak enak dimakan. Untuk konsumsi buahnya mereka rela import darii California. Di Amerika dan Negara lain juga ada bunga sakura tapi tidak sepopuler di Jepang, bahkan mereka juga mengadakan Cherry blossom festival tapi tidak seantusias Jepang, masih ingat lagu jadul yang dinyanyikan oleh Pat Boon, “Cherry pink and apple blossom white” pada tahun 60-an.
MEI HUA Yang serupa dengan sakura, yang banyak tumbuh di bagian selatan China terutama di Taiwan. Mei hua menjadi hiasan umum diwaktu perayaan Tahun baru Imlek. Dinyanyikan “semakin dingin semakin mekar, bunga Mei Hua-ku, dialah bunga Negara-ku”. Di China, para senimanlah sebagai  pengagum utama Mei Hua, mereka membuat lukisan-lukisan, ornament tanaman di-pot dsb dari  Mei Hua. Buah Mei (plum) sebaliknya sangat disukai, dan banyak dimanfaatkan, baik sebagai makanan maupun obat. Kita kenal disini manisan kering  Oh Bwe (Plum yang hitam dalam bahasa Hokian) atau Kiam Bwe  (Plum yang asin atau Kam Moy dalam bahasa Haka).
TAO HUA, Bunga PERSIK, PEACH blossom,  banyak tumbuh disekitar provensi  Hunan, ada Tao Hua Yuan, yang ada prasasti dari kunjungan kaisar Kian Liong. Tapi yang lebih popular lagi dari dongengnya  bahwa ada suatu perkampungan disuatu pulau yang ditumbuhi  banynak pohon persik, rakyatnya hidup makmur, berkecukupan, tentram damai dan berumur panjang, tapi terisolir dari  dunia luar. Ini diceritakan ada seorang nelayan yang nyasar ketempat itu, meskipun sangat merasakan nikmatnya tinggal disitu berapa lama kemudian kangen pada kampong halamannya.  Waktu pulang dia coba membuat tanda-tanda sepanjang perjalanan, supaya nanti dapat kembali lagi. Tetapi waktu kembali dari kampungnya, tanda-tandanya sudah hilang semua dan tidak ditemukan lagi perkampungan itu. Dongeng ini disadur pula dalam cerita silat bahwa pulau itu dihuni oleh Oey Yok Su dan putrinya  Oey Yong dan Kwee Ceng terjebak dan nyasar dipulau yang lebat dengan pohon persik itu.
Kita di daerah tropis, tidak dapat menikmati ketiga bunga diatas, tapi kita punya pohon FLAMBOYAN,  pohonya besar bunganya merah  dapat juga berbunga serentak hingga seluruh pohon terlihat sebagai bunga merah. Sedang pohon BOUGENVILLE, yang lebih kecil, dan tahan hidup didaerah kering juga mempunyai bunga yang berwarna ungu, pink, putih dan kuning.  Diakhir musim panas daunnya dapat rontok semuanya dan ketika disiram air, bunganya yang keluar serentak.  Bougenville banyak ditanam dalam pot, atau dibuat bonsai, atau distek hingga  satu pohon dapat berbunga 2 atau 3 macam.
Tatang J. Iskandar

Minggu, 02 Oktober 2016

JAM
Dalam kehidupan manusia JAM itu sangat penting, dan secara internasional harus disepakati bersama. Maka ditetapkanlah di Greenwich, Inggris, sebagai jam 0, Negara-negara atau kota-kota lain, mengikuti menjadi + atau – berapa sesuai letaknya dibumi ini. Indonesia menjadi +0,700 GMT (maksudnya WIB). Kita disini juga harus saling mencocokan jam kita masing-masing, kalau tidak janji dengan orang jam 09.00 nanti datangnya jam 09.30. Pemerintah dahulu memberi patokan dengan memutar telepon 102 maka akan dijawab “jika gong berbunji waktu akan menunjukan pukul ……….wib” Dengan demikian kita cocokan semua jam dirumah, jam dinding, jam kamar dan jam tangan dengan waktu yang kita dapat itu. Sayangnya sudah beberapa tahun lalu, jika kita putar nomor tersebut tidak dijawab atau sedang sibuk. Bingung mengenai hal ini, tanya sana dan tanya sini, ternyata saya yang ketinggalan zaman. Sekarang ini hampir tiap orang mempunyai computer atau setidaknya handphone, kalau kita set gadget itu pada posisi AUTO, maka dengan sendirinya lewat internet menunjukkan waktu setempat yang mengacu GMT.  Jadi rupanya servis telkom itu, bersama saudaranya TILGRAM sudah bangkrut.

Pada zaman dahulu bagaimana orang menentukan waktu, mungkin yang paling masuk akal pasti jam 12 siang, karena pada waktu itu matahari pas diatas kepala kita, atau kalau yang tinggal diutara atau selatan pada titik tertinggi (kulminasi) (kalau dilihat bayangan dari sebuah tongkat yang tegak lurus.) Tapi yang patut dipuji ialah penemuan Jam dari orang Swiss. Dengan mengatur gigi gigi yang dijalankan oleh sebuah per, membuat jarum detik berputar. Setiap jarum detik berputar satu putaran, jarum menit bergerak satu strip, dan selanjutnya setiap jarum menit bergerak satu putaran jarum jam bergerak satu stip, dst-nya. Yang mengkagumkan bagaimana suatu per yang jika diputar pada awalnya akan cepat jalannya dan makin lama makin kendor dapat diatur supaya konstan. Dibuat gigi lagi yang gerakannya hanya kekiri dan kanan, dan digerakkan oleh per lain lain yang halus, disebut per rambut.  Belum selesai sampai disini karena gigi-giginya kecil dan as-nya juga kecil maka gampang haus. Maka pada zaman dahulu ada jam yang mahal memakai tumpuan as-nya dengan  batu mulia. Yang mahal sampai memakai 21 batu, yang murahan dengan 10 batu atau 2 batu bahkan tanpa batu.
Disamping beredarnya jam-jam yang mewah akurat, ada juga yang membuat Jam otomatis yang didalamnya ada bandul jika dipakai atau digerak-gerakkan maka bandulnya akan membantu memutarkan per-nya. Tetapi jika didiamkan atau tidak dipakai jamnya juga mati.
Sejalan dengan kemajuan elektronik, ada  bebrapa macam Kristal, mempunyai sifat yang khas selalu bergetar dengan konstan tanpa henti atau jedah pada frequency tertentu. Gejala alami yang tak terlihat kasat mata ini, dimanfaatkan untuk dibuat suatu jam. Dari getaran sekian ribu getar per detik secara elektronik tidak terlalu sulit untuk diperlambat menjadi 1 getar per detik misalnya, lalu menghidupkan angka digital layaknya sebuah kalkulator, tapi setiap 60 detik naik ke menit, dan 60 menit jadi jam. Jam ini hanya butuh satu batrei kecil tak butuh gigi-gigi dan harganya jadi murah sekali.  Sayang jam digital in kurang popular dan orang masih merindukan jam yang pakai jarum.
Para produsen Jam, memanfaatkan situasi ini, dengan menambah gigi-gigi untuk menggerakkan jarum jam, dan memakai Kristal sebagai sumber/pengatur gerak, umumnya memakai Kristal quartz.  JAM yang seperti inilah yang bertahan sampai sekarang.  Tombol pemutar per masih tetap ada tapi hanya untuk mencocokkan waktu saja.
Masalah JAM selain untuk melihat waktu juga merupakan fashion dan gengsi, jam-jam yang  sudah punya nama meski dengan harga mahal tetap disukai dan beredar.
Tatang J. Iskandar                                                              


新年快乐 HAPPY NEW YEAR Tahun anjing, 2569 imlek. Ini berarti, menurut perhitungan kalender bulan (imlek), hari ini sudah 2569 tahun sejak ...