Rabu, 07 Oktober 2015

FOTOGRAFI

Membuat foto pada zaman sekarang ini sangat mudah sekali. Selain memakai kamera, hampir setiap HP atau laptop mempunyai fasilitas foto, atau menggunakan HP yang mempunyai fasilitas lensa depan belakang, dapat berfoto sendiri atau ber selfie rame-rame.  

Mau beli suatu produk baru tapi masih ragu, perlu dipelajari dahulu, tembak (foto) saja dengan HP. Demikian juga kalau ada masakan agak aneh mengiurkan, atau ada dukumen yang  penting perlu dicopy, pakai saja HP untuk membuat dokumentasi. 
Pada zaman dahulu kita terkagum-kagum dalam film James Bond, yang dapat memfoto dengan alat khusus, kecil, surat surat yang rahasia. Juga para seniman dengan lensa close-up membuat gambar bunga sedemikian detailnya. Sekarang ini dengan sedikit ketekunan siapapun dapat melakukan itu.

Kalau melihat sejarahnya FOTOGRAFI itu cukup panjang, dimulainya ditemukan BOX camera, suatu kotak hitam ada lubang kecil didepannya, dibelakangnya ada kaca buram, maka terlihat gambar dikaca buram tersebut tapi dalam keadaan terbalik. 
Disusul penemuan suatu senyawa kimia, Perak bromida, yang jika kena cahaya akan berubah menjadi hitam. Diusahakanlah pada kaca buram tadi, dipasang film yang jernih yang dilapisi perak bromide. Tentu ini semua dilakukan dalam keadan gelap, kalau tidak gambarnya akan jadi hitam semua. Dikamar gelap gambar yang didapat tadi dicuci dengan suatu larutan yang akan membuat perak bromide yang kena cahaya ter-reduksi menjadi perak logam dan berwarna hitam permanen yang tidak kena cahaya tetap tidak berubah.. Dicuci sekali lagi dalam suatu larutan yang dapat melarutkan perak bromide yang tidak kena cahaya hingga film  menjadi bening. Maka didapatlah bayangan dalam film tsb:  yang kena cahaya berwarna hitam yang tidak kena cahaya bening (transparent) sesuai dengan gambar yang diterima tapi terbalik. Maka film ini disebut NEGATIF. 
Untuk mendapat foto-nya, dicetak negatif tersebut pada kertas foto, yang juga dilapisi Perak Bromida, dengan penyinaran sinar putih. Lalu dilakukan pencucian seperti diatas, dan dapatlah foto yang permanen.

Foto warna sedikit lebih sulit, tetap memakai Perak bromide tapi disisipkan zat warna. Zat warna yang dipakai ialah merah MAGENTA, biru CYAN dan KUNING (beda dengan TV yang memakai merah biru dan hijau) Negatif yang dihasilkan ialah warna komplimen dari aslinya. Warna merah terlihat hijau, warna kuning terlihat ungu, warna-warna  komplimen itu jika digabung akan menjadi putih. Maka jika negative tsb dicetak dengan menyinari pakai lampu putih akan terjadi gambar dengan warna sebenarnya. Kalau filmnya normal tidak perlu ada yang dikoreksi mungkin masih dapat dikerjakan sendiri, kalau ada yang dikoreksi akan sulit membayangkan harus ditambah warna apa. Maka biasanya untuk foto warna itu kita serahkan saja pada foto studio. 

Mengenai KAMERA, awalnya dikenal box kamera kemudian kamera poket atau kamera instan, tidak ada yang perlu distel, bidik dan jepret. Sebetulnya bukan kameranya pintar, orangnya yang harus pintar, motret cari ditempat yang terang (seperti, terangnya jam 9 pagi) jaraknya harus antara 2–5 meter, jangan goyang maka hasilnya akan bagus.  Waktu itu belum dikenal auto, kamera yang bagus harus dapat menyetel jarak, diafragma dapat disetel sesuai terang gelapnya object dan kecepatan bukaan ditentukan. Ini semua harus dibiasakan dan dihafalkan. 
Dengan munculnya kamera digital berubahlah semuanya. Filmnya mulai susah dicari ditoko, yang menerima cucicetak juga semakin langka, dan kameranya terpaksa disimpan saja sebagai barang kenangan.



Dengan adanya foto digital, semuanya menjadi lebih mudah dan praktis: 

1. JARAK, hampir semua kamera dapat mengukur jarak objek yang akan difoto (biasanya sebelelum di ON-kan tekan dahulu setengahnya, terlihat dikaca pembidik gambar akan lebih tajam, baru di-klik) Bahkan ada beberapa kamera dapat memilih kalau ada beberap objek mana yang diutamakan hanya dengan melirikkan mata ke objek tersebut. 
Kalau pada HP mungkin ada lingkaran atau segi empat yang dapat digeser-geser ke objek yang utama. 

2. DIAFRAGMA dan KECEPATAN, kedua factor ini saling berkaitan, kalau bukaannya (diafragma) besar kecepatannya dapat ditambah, kalau bukaannya kecil kecepatan harus diperlambat.  Maka ditanya mau diafragma yang diutamakan (F) maka kecepatannya akan otomatis dilakukan oleh kamera. Sebaliknya kalau waktu(T) yang diutamakan (memotret olah raga misalnya)  kamera akan memilihkan bukaannya seberapa.  

3. AUTOMATIC (A) kalau malas mikir pasang saja di (A) maka kamera yang akan memilihkan berapa bukaan dan berapa kecepatannya. 

4. LAIN-LAIN berapa factor lain biasanya kamera dapat memilihkan untuk berfoto malam hari, grup foto,  potreit atau pemandangan. Untuk HP biasanya lebih singkat semua-muanya serba auto. Kalau dahulu waktu foto dengan film, filmnya kita harus pilih yang kecepatan berapa, biasanya yang sedang 100 ASA, kalau pakai yang 400 ASA, kecepatannya dapat ¼-nya, tapi hasilnya kalau diperbesar gambarnya akan lebih kasar. Untuk membuat foto besar, orang rela memakai ASA yang kecil, 25 ASA misalnya. Pada kamera digital pengaruh ASA ini tidak terlalu besar terhadap kasar halusnya gambar, banyak yang berani menaikkan ASA-nya menjadi 1600, 3200 bahkan 6400. Hingga ditempat gelap-pun tidak perlu memaakai blitz hasilnya sudah bagus. 

Selain kamera, ”Program computer” untuk foto juga mengalami kemajuan. Foto-foto yang kurang bagus, karena gambar yang dihasilkan itu disimpan dalam titik-titik dikomputer, maka gampang saja  gambar tersebut di koreksi. Komposisi tidak benar dapat dicroping, gambar yang terlalu gelap dapat dikoreksi, bahkan gambar yang sebagian gelap dapat dibuat rata terangnya, juga dalam grup foto ada yang mau dihilangkan atau ditambah orangnya dari foto lain tidak terlalu sulit. Kesimpulannya membuat foto pada masa kini, tembak saja tidak perlu banyak mikir, kalau salah, gampang dihapus, komposisi mudah diperbaiki.

Drs.Tatang J. Iskandar

新年快乐 HAPPY NEW YEAR Tahun anjing, 2569 imlek. Ini berarti, menurut perhitungan kalender bulan (imlek), hari ini sudah 2569 tahun sejak ...