CIBAZOL
Masih ingatkah obat yang namanya CIBAZOL? Setelah berakhirnya perang dunia ke II, di pasaran gelap (black market) beredar CIBAZOL, di apotik mungkin ada tapi mahal, sedang kebutuhan obat untuk anti-infeksi sangat tinggi. Pada waktu itu antibiotic belum ditemukan (belum beredar ) sedang luka yang menahun (borok), patek (frambosia) dan penyakit diarea dan dysentri terdapat dimana-mana. CIBAZOL dapat menanggulangi itu semua, bagaikan obat dewa saja.
Pada awalnya orang berharap pada ARSEN, yang beracun itu, supaya dapat membunuh bakteri-bakteri penyebabnya. Meskipun racun kalau dosisnya diperkecil diperkirakan akan menjadi obat. Mungkin masih ingat pada masa itu sempat beredar obat kuat (tonikum) dengan nama ARSENTIFEROL yang mengandung arsen, dan ini dipercaya dan beredar sampai beberapa tahun.
Terpicu oleh percobaan dengan arsen, orang mencoba suatu zat warna, yang merah, Protonsil Rubrum, ternyata berhasil. Setelah diselidiki lebih lanjut ternyata yang berkhasiat itu yang berwarna putih Protonsil Album, dan senyawa yang berkhasiatnya ialah SULFANILAMIDE. Mulai saat itu terbukalah era SULFA, dan dibuat syntesa-syntesa mencari sulfa mana yang baik. Sulfanilamide hanya dipakai untuk obat tabur, obat luar.
Sulfaguanidine hanya untuk infeksi perut, karena tidak larut dan hanya bekerja dalam usus dan dikeluarkan lagi bersama kotoran. Sulfathizole (nama dagang Ciba: Cibazol) dan Sulfadiazine yang lebih larut dalam air lebih popular dan disuka.
Pemakaian obat SULFA sudah menolong banyak orang, tapi gejala ikutannya juga membuat masalah. Karena kelarutan SULFA relative kecil maka memberatkan kerja ginjal, hingga ginjalnya sering terjadi peradangan. Sering dilupakan bahwa kalau makan obat sulfa harus banyak minum dan sebaiknya makan juga tablet Bikarbonat.
Setelah obat sulfa popular, orang penasaran bagaimana kerjanya obat Sulfa tersebut ? Ternyata rumus kimia dari Sulfanilamide itu mirip sekali dengan paraamino benzaldehide (PABA) suatu zat yang esensial sekali bagi bakteri untuk berkembang biak. Tanpa PABA bakteri itu tidak dapat berkembang biak, tanpa ada keturunan bakteri itu akan mati dengan sendirinya dalam waktu 3–5 hari. Setelah itu tidak ada bakteri lagi dan sembuh. Yang menakjubkan bakteri itu tidak dapat membedakan antara Sulfanilamide dan PABA. Tapi yang cilaka kalau makan obatnya tidak teratur, bakterinya baru setengahnya yang mati, Sulfanya dalam darah habis maka bakterinya berbiak lagi dan subur lagi. Meski sulfanya dimakan lagi jika peristiwanya terulang lagi seperti tadi maka bakterinya tidak habis-habis.
Setelah ditemukan antibiotic, sulfa tidak popular lagi, tapi adakalanya kalau antibiotic tidak mempan dipakai juga sulfa. Sulfa yang masih dipakai sekarang ialah suatu campuran Sulfamethoxazol dengan trimethoprim yang dapat bersynergis dengan sulfa, dengan nama BACTRIM.
Tatang J. Iskandar
Berita Terbaru Dalam Rangka Menyambut Natal Dan Tahun Baru 2019
BalasHapusBolavita Bagi Bagi Bonus Freebet Sampai Dengan RP.1000.000,-
Ayo Daftarkan Dan Dapatkan Bonusnya
Mari Kunjungin Segera Website kami :
www(titik)bolavita(titik)site
www(titik)sateayam(titik)club
www(titik)pokervita(titik)live
Promo Bonus Referal 7% + 2%
Promo Potongan Togel ISIN4D > 2D=30% 3D=59% 4D=66%
Promo Potongan Togel KLIK4D > 2D=29% 3D=59% 4D=65%
Promo Live Casino Cashback 5% dan Bonus Rollingan up to 0.7%
Promo Sabung ayam Bonus Deposit 5-10% dan Cashback up to 10%
Promo Sportsbook (SBOBET-IBCBET-368BET) Bonus Deposit 5-10% dan Cashback up to 10% + komisi 0.25%
Promo Bola Tangkas (Tangkasnet-88TANGKAS) Bonus Deposit 10%
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
Live Chat Online 24 JAM NONSTOP !!!
WA : +628122222995
Pin BBM : BOLAVITA / D8C363CA (NEW)