Sabtu, 16 Januari 2016

LAMPU

Untuk penerangan kita kenal. Zaman dahulu dengan lampu cempor, atau lilin, yang sinarnya rememng-remeng. 
Untuk mendapat hasil yang lebih terang orang mengusahakan bahan bakarnya dengan minyak tanah. Minyak tanahnya dimasukkan dalam tanki diberi  tekanan dengan dipompa, lalu melalui pipa yang dipanaskan terlebih dahulun dahulu, dan setelah menjadi gas melalui lubang kecil (spuyer) ditampung oleh kaos tahan api dan terbakar dengan nyala yang terang. Ini kita kenal dengan nama dagang  “ PETROMAX “  Terangnya cukup menyolok jika dibandingkan dengan lampu cempor.

Di kota yang sudah ada listrik, tidak perlu bersusah payah tinggal meng “on”-kan sakelar lampunya langsung menyala.  Waktu itu yang banyak dipakai ialah lampu pijar, atau biasa disebut bohlam. LAMPU PIJAR itu ialah suatu logam yang mempunyai tahanan listrik yang besar, yang kalau dialirkan listrik menjadi panas, merah membara dan menyala, supaya tidak cepat putus diberi pelindung bola kaca, dan dibuat hampa atau diisi gas inert Argon misalnya. Tergantung keperluannya lampu pijar dapat dibeli dari yang 5 watt sampai yang 300 watt. Untuk penerangan jalan dibuat lampu pijar dengan Natrium, hingga menghasilkan sinar kuning yang terang, yang katanya dibawah sinar ini segala sesuatu terlihat lebih kontras dan baik untuk keamanan terutama lalu lintas. Juga dibuat lampu dengan merkuri yang sinarnya putih seperti siang hari. Untuk lampu yang lebih terang dibuat lampu pijar dengan Halogen ini biasa dipakai untuk mobil atau iklan dan lampu ini biasanya panas.

Lampu pijar dianggap tidak ekonomis, karena sebelum menghasilkan terang, menghasilkan panas terlebih dahulu yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Kalau panasnya dapat dikurangi, maka pemakaian listriknya dapat dihemat. Lalu ditemukan lampu TL, (Tubular Lamp: lampu tabung) suatu tabung yang kedua ujungnya diberi filament sebagai katoda dan anoda, dengan bantuan “stater” filament tersebut mulai merah membara, dan electron mengalir dari anoda ke  katode, disamping itu ada pula titik merkuri yang karena panas menjadi uap, dan ter-eksitasi menghasilkan sinar ultra violet yang tidak terlihat mata tapi membuat lapisan fosfor pada dinding lampu menjadi berfluoresensi (berpendar) dengan terang sekali. “Starter” hanya untuk memanaskan kedua filament sampai merah pijar, setelah itu dibuat otomatis stop. Sedang aliran electron dalam tabung meningkat terus maka diperulukan alat yang dapat membatasi, alat ini disebut “Balast”, dengan demikian aliran electron menjadi stabil, dan cahaya yang dihasilkan jauh lebih terang daripada lampu pijar.

Lampu TL, cukup ekonomis dan hemat energy tapi kurang praktis, karena instalasi listrik dirumah masih pakai lampu pijar, yang memakai ulir dikepalanya. Maka dibuat lampu TL yang seakan-akan tabungnya ditekuk atau dibuat bentuk ulir, yang kepalanya tetap memakai ulir seperti lampu pijar, hingga mudah pemasangannya, sedang balastnya diganti dengan ballast elektronik yang tidak memakan banyak tempat, dipasang dibawah ulir dikepala. Lampu TL yang seperti ini disebut Lampu Hemat Energi. Dan rencana pemerintah awalnya akan mengganti semua lampu pijar dengan lampu hemat energi, tapi scara  ber-angsur-angsur.  Tapi sekarang ditemukan lampu yang lebih hemat lagi ialah lampu LED (Light Emiting Diode). LED atau Light Emiting Diode , ialah  dua kutub (katoda dan anoda) yang didekatkan sedemikian rupa jika dialirkan listrik akan mengeluarkan cahaya. Aliran listrik yang dibutuhkan sangat kecil, cahaya yang keluar tidak terlalu kuat  tapi ini dapat dibuat lampunya berkelompok, hingga jika watt-nya sama dengan lampu pijar atau lampu TL, sinarnya akan jauh lebih kuat dan ini berarti lebih hemat energi. Warna sinar yang dihasilkan dapat diatur dengan memakai elektrodanya dari Galenium Arsen akan menghasilkan warna  Infra-merah yang banyak dipakai sebagai  lampu remote control. Kalau Ga As Phosphide menghasilkan warna merah, atau jingga, kalau ditambah lagi Nitride, akan menghasilkan warna kuning, Sedang warna putih dihasilkan dari Galenium Nitride. Untuk warna biru ini ditemukan terakhir ialah memakai Silicon Carbide. Yang agak repot tiap jenis lampu butuh tegangan yang berbeda-beda, 1,2 -  4,0 volt. Untuk dipakai di rumah tangga yang tegangan listriknya 220 volt DC perlu rangkaian elektronik untuk penyesuaian, makanya harganya masih agak mahal, tapi secara keseluruhan disbanding dengan awetnya masih jauh lebih murah.

Yang paling hemat energi sebetulnya ialah LCD (Liquid Cristal Display) suatu permainan Kristal cair yang  jika diberi listrik akan menutup sinar dari belakangnya hingga menjadi gelap atau hitam, tapi kalau tidak ada strum warna hitamnya jadi hilang layar menjadi kosong. Ini dahulu ditemukan untuk mengganti LCD pada kalkulator yang dianggap boros baterai, meskipun nyalanya terang. Pada kalkulator sampai sekarang  masih memakai LCD tidak balik memakai ke LED lagi.  Kerja LCD itu selain Kristal cair yang membuka dan menutup, juga cahaya latar belekang yang biasa berwarna putih dapat diubah menjadi warna lain.
Penemuan LCD ini, memberi peluang bagi televisi elektronik yang gambarnya selalu dikoreksi secara elektronik hingga selalu tajam dan warnanya kontras. Juga pelopor televisi berbadan tipis. Sayangnya televisi LCD banyak kekurangannya  hingga  sekarang tidak diproduksi lagi.   

Tatang  J. Iskandar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

新年快乐 HAPPY NEW YEAR Tahun anjing, 2569 imlek. Ini berarti, menurut perhitungan kalender bulan (imlek), hari ini sudah 2569 tahun sejak ...