Jumat, 10 Maret 2017

SAKIT
Sakit itu meski tidak enak, sebetulnya itu suatu anugrah, suatu yang dapat mencegah suatu petaka yang lebih besar. Bayangkan kalau kita tertusuk jarum atau tergores pisau dan tidak merasa sakit maka mungkin kita diam saja dan tau-tau jari kita sudah putus.  Sakit itu juga hanya suatu gejala dari suatu yang tidak beres dari organ tubuh kita, suatu pertanda minta perbaikan. Sakit kepala misalnya penyebabnya dapat banyak sekali dan harus dicari apa penyebabnya. Biasanya kalau sakitnya tidak parah kita makan saja obat peredah sakit, atau nama ilmiahnya obat ANALGESIK, tapi kalau penyebabnya serius setelah hilang pengaruh analgesic obatnya. maka sakitnya akan terasa kembali.
Kalau sakitnya itu disebabkan oleh organ tubuh kita yang tidak bekerja semestinya, sebaiknya  usahakan dahulu supaya bekerja normal kembali. Tapi kalau  sakitnya disebabkan oleh sesuatu benda asing, bakteri misalnya, bakterinya itu harus kita usahakan dihilangkan. Kita harus mencari dengan cara apa supaya bakterinya mati tapi sel tubuh yang dihinggapinya tidak ikut mati, jadi tak mungkin kita pakai semacam bom untuk membunuhnya. Untung ditemukan senyawa Sulfa yang dapat menipu bakteri, hingga jika senyawa sulfa tersebut terambil oleh bakteri, bakteri itu tidak dapat lagi mengambil PABA (para amino benzoik acid) yang merupakan zat mutlak untuk berkembang biaknya bakteri, jika  bakterinya tidak dapat berkembang biak,  tinggal tunggu waktu ajalnya saja.  Karena umur bakteri umumnya hanya 3 -5 hari. Sekitar tahun 40 -an, popular sekali pemakaian sulfa tersebut, bahkan tantara sekutu selalu dibekali Sulfanilamide, suatu puder, sebagai obat luar untuk luka-luka. Untuk infeksi di-lambung dan liang usus dipakai Sulfa yang tidak larut dalam air,(tidak diserap darah) Sulfaquanidine, hingga sisa obatnya dibuang lagi melalui kotoran lewat dubur.  Kalau infeksinya organ tubuh dibagian dalam  diperlukan Sulfa yang lebih mudah larut dalam air seperti Sulfadiazine atau Sulfadiazole (Cibazol, kalau buatan Ciba) dan biasanya memerlukan waktu yang agak lama, dan ini membuat kerja ginjal menjadi berat, dan bisa saja penyakitnya sembuh tapi ginjalnya jadi rusak, meski dokternya selalu mengingatkan selama memakai Sulfa harus banyak minum air.
Untung saja tidak lama setelah ditemukan Sulfa, ditemukan Antibiotik sebagai obat. Ini sekitar tahun 1942, tapi sebetulnya pada tahun 1929, Alexander Flaming sudah menemukan jamur yang dapat bekerja sebagai antibiotic, cukup lama mengalami percobaan dan pengujian baru th ’42 resmi dinyatakan sebagai obat.  Penisilin sebagai antibiotic yang pertama ditemukan, dan ini mengalami masa kejayaannya beberapa lama, dan kerjanya dapat menembus dinding sel dan mengacaukan metabolismenya bakteri, hingga mati. sampai suatu saat ditemukan ada orang yang tidak tahan terhadap Penisilin. Kejang-kejang bahkan pingsan, atau kalau ringan sekujur badan jadi merah-merah dan gatal-gatal, ini suatu reaksi badan yang tidak tahan terhadap penisilin, Alergi namanya. Ternyata gejala ini, terjadi hanya pada sebagian orang saja, hingga pengobatan jalan terus, hanya saja pemberiannya lebih hati-hati, kalau perlu dites dahulu pasiennya alergis tidak terhadap Penisilin.
Ditemukannya Amoksisilin dan Ampisilin suatu senyawa segolongan dengan Penisilin (sama-sama dari golongan beta-laktam), yang kerjanya lebih baik, suatu harapan baru dalam pengobatan, tapi ternyata sifat membuat orang alergi-nya tetap sama. Hingga ada ketentuan dari Balai POM, pembuatan obat golongan beta-laktam ini harus dilakukan dalam gedung yang seluruhnya terpisah dari gedung pembuat obat-obat lainnya (termasuk pekerjanya dan pakaian dan kantin makannya). Ini untuk mencegah obat-obat lainnya tidak terkontaminasi dari debu obat beta-laktam, Karena diketahui bahwa debu yang sedikit itu, alergi itu dapat terpicu. Tapi biar bagaimanapun antibiotik beta-laktam ini tetap disukai sampai sekarang dibandingkan antibiotik lainnya.
Terpacu  oleh antibiotik beta-laktam, pencarian antibiotik jenis baru jadi sangat giat sekali dan banyak ditemukan antibiotik yang hebat, tapi selalu ada saja kerja ikutannya yang tidak meng- enak-kan. Dari sekian banyak antibiotik yang ditemukan hampir tidak ada yang universal (broad spectrum) dan menyembuhkan segala penyakit. Hingga harus mengandalkan pengalamannya dokter, penyakit apa harus dengan antibiotic apa yang paling tepat.
Kalau bakterinya lebih besar, golongan protozoa namanya, pengobatannya harus tersendiri Karena antibiotic tidak mempan. Seperti Amuba dysentri, dahulu sangat popular dengan Enteroviofom, tapi kemudian ternyata menyebabkan keracunan dan dilarang beredar. Malaria misalnya yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles, harus dengan Kinine.  Indonesia cukup bangga mempunyai pabrik Kina di Bandung (BKF, Bandungsche Kinine Fabrik) dengan perkebunan kinanya di Lembang. Malaria sekarang disamping kinine ada obat lain yang lebih canggih.
Lain lagi dengan VIRUS, bentuk tubuhnya sedemikian kecilnya hingga tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, (baru terlihat dengan mikroskop electron) Tidak dapat berdiri sendiri tapi masuk kedalam sel tubuh kita dan menyatu dengan DNA sel tubuh kita atau RNA kalau dalam tumbuhan. Membunuhnya jadi makin susah. Virus Flu belum ada obatnya, tapi kalau istirahat yang cukup saja, dalam beberapa hari saja akan sembuh sendiri. Obat Flu yang beredar hanya untuk meringankan gejalanya saja, panas badan, pusing dll. Ditemukan vaksin untuk flu, tapi karena jenis flu banyak sekali macamnya, jadi pemakaiannya tidak populair. Virus cacar air (Varicella zoster) biasanya menyerang anak-anak, dan biasanya gejalanya saja yang dikurangi, dalam 14 hari dapat sembuh sendiri, bahkan bagi mereka yang pernah dapat cacar air, seumur hidup tidak akan kena lagi, Karena tubuhnya sudah mempunyai antibody untuk menolaknya. Cacar Ular (Herpes zoster) agak gawat mungkin perlu dibantu dengan obat Aceclovir. Yang lebih gawat lagi ialah virus yang menyebabkan Hepatitis, polio, dan HIV, perlu penanganan yang lebih serius.
Kalau bakteri, virus dll itu datangnya dari luar tubuh, ada lagi penyebab sakit itu dari sel tubuh kita sendiri. Serupa dengan suatu negara bisa saja suatu golongan masyarakat, merasa tidak puas dengan pimpinan pusat, dan menyatakan ingin hidup bebas merdeka, tidak patuh lagi dengan printah pusat. Jadi penyebab sakit itu asalnya sel tubuh kita sendiri yang hidupnya maunya sendiri, sel ini yang kita kenal sebagai sel kanker. Penyebabnya sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti, siapa provokatornya. Diduga kalau ada rangsangan pada suatu tempat yang terus menerus misalnya asap rokok pada paru-paru, ini yang menyebabkan Kanker. Tapi inipun tidak disetujui sepenuhnya karena banyak pengecualiannya. Pengobatannya terpaksa, dioperasi, dibuang bersama sebagian sel tubuh kita, atau dibunuh dengan Penyinaran, konsekuensinya sebagian sel tubuh kita ikut terbunuh. Yang paling ringan dengan diberi Kemoterapi. Yang sering terjadi tindakan tsb diatas kurang bersih, dan beberapa lama kemudian tumbuh lagi dan menyebar ketempat lain hingga susah untuk dioperasi yang kedua kalinya.
Dari pengalaman, dan ini belum dibuktikan secara ilmiah, sel kanker itu dapat mati jika tidak mendapat karbohidrat. Padahal dalam kehidupan, karbohidrat, lemak dan protein merupakan 3 unsur yang mutlak diperlukan. Karbohidrat sebagai sumber energi, lemak untuk mencernakan  bahan-bahan yang tidak larut dalam air, dan protein untuk membangun jaringan tubuh. Karbohidrat itu merupakan sumber energi yang paling bersih karena hasil oksidasinya, yang menghasilkan energi dan sisanya hanya air dan CO2, sedang lemak dapat menghasilkan cholesterol dan protein menghasilkan  senyawa keton, yang mungkin bersifat racun terhadap tubuh.
Karbohidrat setelah masuk kedalam tubuh segera diubah menjadi unitnya yang terkecil, Glucosa. (unit kecil lainnya memerlukan pengubahan menjadi glucose dahulu dan perlu waktu) Seberapa banyakpun glukosa yang dimakan akan diubah dengan bantuan Insulin menjadi glycogen (dalam waktu kurang lebih 2 jam) dan disimpan dalam hati atau dibawah kulit sebagai cadangan. Lain halnya kalau produksi Insulinnya kurang maka kadar gula darahnya akan menaik. Kalau berpantang karbohidrat secara total dan ketat maka akhirnya yang dibakar adalah lemak, karena tidak ada lagi karbohidrat,  ini dapat menghasilkan sisa reaksinya berupa senyawa Keton, yang dapat bersifat racun bagi tubuh. 
Kalau maksudnya ingin membuat tubuh kita bebas dari karbohidrat (semaksimal mungkin), tidak dapat sekali gus tapi harus dengan latihan bertahap beberapa bulan. Kalau ini berhasil, bukan saja sel kanker akan mati,( katanya), penderita diabetes juga akan sembuh karena pancreas-nya tidak perlu harus menghasilkan banyak insulin lagi. Demikian juga penderita alergis, epilepsy dan autoimun serta ganguan organ tubuh lainnya.  Yang penting  dari diet umum, Karbohidrat 60 – 70 %, Protein 25 – 30 %, Lemak 10 – 15%  dilatih menjadi diet Ketogenik dengan Karbohidrat 5 – 10 % Protein 15 – 20% dan Lemak 75 – 85%.  Dan keseimbangan mineralnya juga harus dijaga.
Tatang J. Iskandar


新年快乐 HAPPY NEW YEAR Tahun anjing, 2569 imlek. Ini berarti, menurut perhitungan kalender bulan (imlek), hari ini sudah 2569 tahun sejak ...