KAPAL TERBANG
Mengapa kapal terbang yang beratnya sekian ton itu, bisa terbang ?
Karena mempunyai sayap, makanya mobil balap, kereta api cepat, meski dapat lari cepat, karena tidak mempunyai sayap, tidak dapat terbang. Burung harus mengepakkan sayapnya baru bisa terbang, meski setelah diatas dengan mendiamkan sayapnya dapat melayang-layang. Sayap kapal terbang tidak dapat dikepakkan. Helikopter tidak ada sayapnya tapi mempunyai baling-baling yang mendorong keatas, demikian juga roket yang dapat cepat meluncur keatas tapi satu arah saja.
Jawabnya memang harus secara mekanika. Kalau ada dua gaya yang bekerja pada suatu titik, maka titik itu akan bergerak sesuai dengan resultan dari 2 gaya tsb. Jadi jika gaya tsb satu keatas yang lain tegak lurus kekanan, maka benda itu bergerak 45 derajat keatas. Dengan teori ini mengapa nelayan dapat pulang kepantai meski angin bertiup dari arah pantai kelaut, ialah dengan mengarahkan sudut layarnya, hingga perahunya dapat maju kesamping, dengan melakukan beberapa kali zig-zag meski memerlukan lebih banyak waktu, akhirnya sampai juga kepantai. Demikian juga dengan layang-layang jika kita membuat “tali kama”-nya tepat dapat kita atur mau supaya terbang melawan angin tepat diatas kepala kita atau 45 derajat jauh kedepan.
Yang lebih penting lagi ialah bentuk sayapnya harus aerodinamis. Kalau kita lihat potongan melintang sayapnya, bagian atasnya harus melengkung sedang bagian bawahnya harus datar. Dengan demikian udara yang lewat diatasnya akan tertinggal jika dibandingkan udara yang lewat dibagian bawah, dengan lain perkataan bagian atas udaranya akan lebih tipis daripada yang bawah, hingga akan menghasilkan gaya yang mendorong keatas.
Demikianlah prinsip kerjanya kapal terbang, dapat kita lihat kalau baru take off, ada bagian sayap yang ditekuk keatas dan kalau turun ditekuk kebawah. Demikian juga pada ekornya yang berdiri ada bagian yang digerak-gerakkan untuk mengemudi kekiri atau kekanan. Karena kapal terbang itu analog dengan berenang diudara, kalau udaranya lebih tipis (berat jenisnya lebih kecil) hambatannya lebih sedikit hingga pemakaian bahan bakarnya akan lebih hemat, maka biasanya diatur terbang dahulu pada ketinggian yang optimal baru lurus ke tujuan. Demikian juga routenya sering keutara dahulu lalu turun lagi keselatan, karena diutara udaranya lebih tipis dari pada selatan.
Tatang J.Iskandar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar